Tujuan Terakhir: Festival Danau Sentani!

Sugeng Siang, teman Punokawan!


Senangnya bisa kembali bertemu dengan teman-teman sekalian. Apa kabar, teman-teman? Semoga dalam keadaan baik-baik saja, ya. Punokawan di sini juga dalam keadaan sehat sejahtera, malah terlampau sehat karena kami menyapa teman-teman semua dari pulau paling ujung Indonesia yang tak lain tak bukan adalah Papua!

Setelah mengarungi hampir seluruh pulau di Indonesia, menyaksikan dan mencicipi berbagai budaya Indonesia, kami rasa menjadikan Papua sebagai tujuan terakhir perjalanan kami adalah pilihan yang sangat tepat. Terlebih lagi, kami akan mengunjungi Festival Danau Sentani yang terletak di Jayapura, Papua. Sebuah festival pariwisata yang diadakan setiap tahunnya yang berlokasi di sekitar Danau Sentani. Pada Festival Danau Sentani ini, akan ditampilkan banyak sekali pertunjukan yang bertujuan untuk mengenalkan budaya asli Papua, seperti tarian adat diatas perahu, tarian khas Papua, upacara adat Ondoafi, berbagai macam sajian khas Papua yang dibuat dengan cara menarik, pameran seni dan bermacam-macam hasil kerajinan khas Papua.

Tapi, jangan sampai teman-teman mengunjungi festival ini di waktu yang tidak tepat, ya. Nanti seperti insiden Tugu Khatulistiwa lagi hihihi. Festival Danau Sentani ini merupakan festival tahunan yang hanya diadakan pada pertengahan bulan Juni. Karena itu, Petruk dan Punokawan sudah merencanakan dengan baik agar bisa mengunjungi festival di waktu yang tepat, seperti hari ini.

Teman Punokawan, apakah sudah pernah mengunjungi Festival Danau Sentani? Petruk belum pernah, lho. Ini adalah pertama kalinya Petruk menginjakkan kaki di tanah Papua. Semoga teman-teman mendapat kesempatan untuk mengunjungi festival ini suatu hari nanti, ya!

Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, Festival Danau Sentani ini sangat ramai. Meskipun terik matahari sangat menyengat, tetapi baik wisatawan maupun warga Jayapura yang mengikuti festival ini tidak kehilangan semangatnya.

Ada banyak kegiatan yang bisa disaksikan di dalam Festival Danau Sentani ini teman-teman. Di antaranya ada penampilan Tari Ahohoi dari grup tari Ayapo dimana para penari akan mengenakan rok yang terbuat dari jerami, serta menggunakan ikat kepala yang dihiasi biji saga, kerang dan bulu kasuari. Kemudian ada penampilan Tarian Isosolo merupakan pertunjukan budaya masyarakat yang tinggal di tepian Danau Sentani. Isosolo merupakan suatu tarian yang bersifat magis yang dilakukan dengan mempersembahkan hewan buaya yang digunakan untuk menggambarkan cerita akan kehidupan di Danau Sentani. Menurut bahasa setempat, Iso artinya bersuka cita dan menari mengungkapkan perasaan hati, sedangkan solo adalah sekelompok atau sekawanan orang dari berbagai usia yang ikut menari. Keunikan lain dari tarian ini yaitu para penari meloncat-loncat sambil memainkan busur panah dan tombak sambil menepuk-nepuk air dengan penuh kegembiraan. Perahu-perahu yang mereka tumpangi juga dihiasi dengan rerumputan, dan dedaunan. Tarian ini diiringi dengan alunan musik tifa yang membuat tarian ini semakin mempesona.



Tak hanya itu, ada juga upacara adat Ondoafi atau upacara penobatan kepala adat. Ondoafi atau Ondofolo merupakan sebutan untuk kepala adat namun bukan sebagai kepala suku di tengah masyarakat asli Sentani. Dalam pemerintahan adat masyarakat asli Sentani, dalam satu kampung terdapat satu Ondofolo dan lima Kose (kepala suku). Ondofolo adalah pimpinan tertinggi dalam satu kampung. Ondofolo ini membawahi lima kepala suku atau kose. Posisi Ondofolo jauh lebih tinggi dibanding dengan kepala suku (Kose).


Oh iya, ada juga kegiatan Pelepasan Satu Juta Benih Ikan Nila. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah jumlah biota laut di Danau Sentani. Pelepasan benih ikan ini diharapkan agar ikan-ikan tersebut nantinya dapat membantu mata pencaharian penduduk yang berprofesi sebagai nelayan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar Danau Sentani.

Terakhir, ada pameran kerajinan dari warga Jayapura. Kerajinan yang yang dapat dijumpai di Festival Danau Sentani ini meliputi noken atau tas rajut yang terbuat dari kulit kayu dan pewarna alami, ikat kepala yang dihiasi bulu kasuari serta lukisan kulit kayu. Papua memiliki batu akik khas, yaitu Cycloops. Batu ini sejenis kuarsa kristal dan memiliki ciri khas berwarna hijau tua. Batu ini banyak ditemukan di Kampung Ormu yang terletak di lereng pegunungan Cycloops. Banyak sekali batu akik yang dipamerkan disini mulai dari Cycloops hijau hingga merah yang bernama Red Pacific. Wisatawan bisa membeli batu akik berupa bongkahan atau yang sudah dibentuk menjadi cincin. Batu akik dijual mulai harga Rp 50.000,- sampai jutaan Rupiah.

 

Kegiatannya banyak dan menarik sekali bukan, teman-teman? Jika berkunjung ke Festival Danau Sentani, pasti teman-teman tidak akan bosan karena banyak kegiatan yang bisa disaksikan atau diikuti setiap harinya. 

"Seru sekali ya Festival Danau Sentani! Bagong jadi tahu lebih banyak hal tentang Papua dari festival ini!" kata Bagong semangat

"Iya, itu memang tujuan utama Festival Danau Sentani diadakan, yaitu melestarikan nilai-nilai seni dan budaya daerah yang makin lama dapat tersingkir dengan pengaruh budaya modern, juga untuk memelihara persatuan dan kesatuan di antara sesama suku, ras dan agama mengingat Papua terdiri dari ratusan suku kecil." kata Semar

"Selain itu juga untuk mengenalkan kreatifitas warga Papua kepada dunia luar, salah satunya adalah dengan kegiatan pameran kerajinan tangan yang tadi kita kunjungi" kata Petruk

"Satu lagi, jangan lupa bahwa Festival Danau Sentani adalah salah satu wisata budaya asli Indonesia yang perlu disebarluaskan informasinya. Dengan begitu, semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui dan mengunjungi tempat ini. Mengenal budaya asli negara sendiri itu adalah tugas warga negara, bukan begitu?" kata Gareng

"Betul!! Budaya Indonesia memang keren!!" seru Bagong sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Jadi, apakah warisan leluhur sudah ditemukan, Semar?" tanya Petruk

"Sudah, sepertinya aku tahu maksud leluhur. Beliau ingin kita untuk menjaga dan melestarikan budaya Indonesia yang dititipkan kepada kita, generasi penerus bangsa. Hal tersebut aku temukan dari perjalanan panjang kita mengarungi Indonesia. Mulai dari belajar sejarah merdekanya Indonesia di Tugu Monas, Jakarta, menghargai agama dan tempat ibadah di Pura Taman Meganda, Bali, mencicipi dan belajar makna filosofis dari masakan asli Padang yakni rendang, belajar tentang fenomena alam Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa, wisata bahari di Taman Nasional Bunaken, dan berakhir belajar budaya Papua di Festival Danau Sentani. Indonesia penuh dengan budaya yang diwariskan secara turun temurun, dan seperti kata Gareng, sudah menjadi tugas kita semua untuk mengenali dan menjaga budaya asli negara." jawab Semar

"Berarti, perjalanan kita berakhir sampai sini?" tanya Gareng

"Ya, yang harus kita lakukan sekarang adalah menjalankan tugas menjaga budaya dengan baik." jawab Semar

"Siap!!" jawab kami semua kompak.

Comments

Popular posts from this blog

Waktu yang Tepat Untuk Mengunjungi Tugu Khatulistiwa

Wisata Tanpa Bayangan, Tugu Khatulistiwa!

Punokawan: The Adventure